Pemicu Style Hidup Konsumtif di 2024

Pemicu Style Hidup Konsumtif di 2024

Konsumtif sudah jadi rutinitas yang membudaya di Indonesia, kita tetap merasa nyaman dan aman dengan jadi customer tanpa ingin turut peran pada sebuah proses produksi barang atau kreasi.

Pandji Pragiwaksono sebagai seorang stand up comedian sebelumnya pernah berbicara “Yang membandingkan kita sama orang di luar negeri ialah mereka telah terlatih berkreasi, sedangkan di sini (Indonesia) kita masih menjadi klik disini angkatan karyawan”. Kita kekurangan beberapa orang yang berkreasi.

Konsumtif berdasar KBBI bermakna cuma menggunakan, tidak hasilkan sendiri, dan tergantung di hasil produksi faksi lain. Berikut  pemicu pola hidup konsumtif dalam masyarakat:

Dampak Budaya

Pola hidup konsumtif sudah tertancap di kehidupan setiap hari warga kita. Faktanya, di negeri ini banyak orang yang cuma suka konsumsi dibanding menghasilkan sendiri beragam barang yang diperlukan. Dengan argumen kepraktisan kita cenderung lebih memilih beli apa yang telah dijajakan pasar, walau sebenarnya kesempatan untuk membikin suatu hal dan dilempar ke pasaran masih banyak.

Budaya konsumtif warga Indonesia kuat hubungannya dengan semangat juang kita dalam menjalankan bisnis. Kita lebih suka bekerja untuk seseorang tanpa menyaksikan kesempatan berkreasi. Psikis kita sebagai pribadi harus ditempa supaya bukan hanya menjadi angkatan karyawan.

Tuntutan Style Hidup

Banyak faktor yang mempengaruhi pola hidup konsumtif seorang, salah satunya ialah tugas dan peradaban sosial. Agar bisa diterima di lingkungan kerja atau lingkungan pertemanannya, seorang akan berusaha membuat standard hidup yang sama dengan beberapa orang di sekitarnya.

Contohnya saja ibu rumah-tangga yang ada di perumahan elite. Ia akan merasa tertekan untuk tampil seperti ibu-ibu yang dijumpai pada acara kelompok RT, sukuran tetangga, dan pengajian sekali juga. Sikap konsumtif juga pada akhirnya mempunyai potensi ada berjamaah.

Terbuai Media Sosial

Kehebatan sosial media tidak cuma berpengaruh pada kelompok muda. Sekarang, aktivitas sosial media yang mengasyikan dan melenakan waktu, telah tembus lintasi angkatan. Tidaklah aneh bila dari cucu sampai nenek masing-masing memiliki minimum satu akun sosial media.

Dibanding cuma dipakai sebagai media berekspresif dan mengupload status, sebaiknya manfaatkan media ini untuk memperoleh pendapatan, yakni lewat Facebook Ads.

Facebook Ads sebagai sarana berpromosi untuk pemakai Facebook, bisa menolong pemakainya mengelompokkan sasaran pasar usaha mereka, termasuk tentukan ingin mengarah kelompok umur yang mana.

Haus Akan Pernyataan Diri

Untuk manusia yang terlatih hidup bersosial pasti ada satu titik saat keperluan dasarnya sudah tercukupi, ia ingin mendapatkan pernyataan dari pihak lain. Ingin dipandang, diberi perhatian akan kehadirannya. Pernyataan diri akan berbuntut pada sikap konsumtif saat beberapa orang mulai belanjakan uangnya cuma untuk mendapatkan pernyataan.

Sadar atau mungkin tidak, kadangkala kita juga beli suatu hal bukan lantaran keperluan. Tetapi, karena ingin tingkatkan keyakinan diri. Sepatu original keluaran merk terkenal pada harga juta-an rupiah akan Anda upayakan agar dapat memiliki, karena bisa tingkatkan keyakinan diri.

Sikap konsumtif tiba bersamaan dengan keinginan kita untuk percantik dan memperkeren performa. Dan hal itu umumnya kita dapat dari beberapa produk luar negeri, walau sebenarnya banyak pabrik di Indonesia yang membuat beberapa barang untuk dipasarkan di pasar Internasional dengan merk dagang bikinan luar. Seperti sepatu dan kaos yang rupanya kita lebih senang karena brand-nya bukan lantaran pabrik pembikinannya yang berada di Indonesia.

Leave a comment