Cerita berlatar peperangan atau konflik bersenjata yang diangkat dari momen sejarah autentik umumnya menarik banyak peminat untuk menonton filmnya. Tidak terkecuali sebuah produksi dari Negeri Belanda yakni film De Oost atau dengan judul Internasionalnya bernama The East.
Layak judulnya, film De Oost menceritakan kisah tentara Belanda yang dikirim ke bekas negara jajahannya di timur yakni Indonesia sesudah negeri kincir angin itu terbebas dari belenggu penjajahan Nazi Jerman pasca Perang Dunia II.
Banyak orang yang tenar dengan nama Westerling, tokoh sejarah autentik dari tentara Belanda yang tenar kejam karena membantai puluhan ribu rakyat Indonesia https://tvfixplace.com/daftar-film-terbaik-christopher-nolan/ secara sistematis sambil tersenyum.
Lagu dari Iwan Fals yang berjudul Pesawat Tempurku malah menyindirnya dengan lirik “Westerling malah tersenyum” karena sosok Kapten pembantai ini tenar dengan senyuman sadis di tiap-tiap fotonya. Penasaran dengan film De Oost yang menceritakan Westerling si Pembantai ini? Berikut ini ulasannya!
Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia dari Sudut Pandang Tentara Belanda, Tema Langka yang Hadir di Film De Oost
Umumnya film yang menceritakan seputar perang kemerdekaan Indonesia pasti menceritakan para pejuang dari tanah air kita yang bertempur untuk melawan bangsa asing yang ingin menjajah negeri ini. Melainkan di film De Oost malah mengangkat suatu tema yang langka yakni sudut pandang tentara Belanda yang kembali ke Indonesia sesudah Perang Dunia II.
Menceritakan seputar Johan de Vries, seorang mantan pejuang gerakan bawah tanah partisan Belanda dikala melawan penjajahan Nazi Jerman yang susah mendapatkan profesi di Belanda yang sedang terjerembab sesudah selesai Perang Eropa.
Alternatif terakhir Johan yakni dengan bekerja menjadi tentara Kerajaan Belanda yang dikirim ke mantan negara jajahannya yakni Hindia Belanda atau Indonesia untuk memulihkan perdamaian di sana. Awalnya Johan sempat tergoda propaganda Belanda yang memberitakan bahwa banyak rakyat Indonesia yang dipengaruhi Soekarno sebagai kolaborator Jepang untuk melawan tentara Sekutu.
Kenyataannya sesudah berbulan-bulan bertugas di tempat Semarang Johan tak menemukan pejuang Indonesia sama sekali, malah sering kali dijamu oleh keramahan warga lokal.
Jepang yang masih ada di Indonesia padahal sudah kalah perang konsisten suka berperilaku semena-mena terhadap penduduk Semarang seperti merampas hartanya dengan kekerasan, dan itulah yang membuat Johan yang berjiwa keadilan berseteru dengan sepasukan tentara Kekaisaran Jepang.
Bentrokan itu malah dihentikan oleh kedatangan Kapten Westerling yang dijuluki “De Turk” karena ia yakni orang campuran Yunani-Belanda kelahiran Turki.
Menonton Film De Oost Serasa Memandang Game Far Cry 3 Jika Diwujudkan Live Action Movie
Pertemuan Johan dan Westerling membuat mereka berdua semakin dekat untuk mengerjakan beraneka misi rahasia melawan gerombolan bernama Gagak Hitam yang membunuhi tentara Belanda dan juga beberapa penduduk lokal yang dianggap pengkhianat karena bekerja sama dengan penjajah.
Hingga kesudahannya Belanda membuat pasukan khusus bernama Depot Spesial Troepen atau DST dimana Kapten Westerling menjadi salah satu pemimpinnya dan mengajak Johan untuk bertugas bersama di pulau Sulawesi.
Misi yang dikerjakan Kapten Westerling dengan pasukan Depot Spesial Troepen tak lain yakni pembantaian sistematis dengan membunuhi puluhan ribu rakyat Sulawesi dan membakar rumah-rumah tinggal mereka.
Bertujuan untuk meredam perlawanan pejuang Republik Indonesia dengan mengadakan teror pembantaian penduduk, Westerling yang merangkap sebagai aparat keamanan, jaksa penuntut, hakim, serta algojo itu seketika mengeksekusi tiap-tiap rakyat sipil yang dicurigai sebagai pejuang dengan progres pengadilan singkat tanpa pengacara pembela.
Hal kejam itu dianggap legal oleh Kapten Westerling yang menganalogikannya sebagai tumor atau kanker pengorbanan kemerdekaan yang sudah menjalar ke dalam penduduk sipil dan patut diamputasi agar tak menyebar ke seluruh tubuh yang berupa negara.
Perselisihan batin Johan sebagai orang yang pecinta tenteram bergejolak dikala membantah pembantaian Westerling, ia malah dianggap pengkhianat dan fakta seputar ayah Johan seorang kolaborator Nazi Jerman malah disebarkan ke seluruh pasukannya sampai seluruh rekan menjadi membenci dan ingin membunuhnya.
Buat kau yang pernah bermain game Far Cry 3 dari Ubisoft, pasti teringat dengan permainan itu dikala menonton film De Oost. Pasalnya kecuali sama-sama berlatar konflik bersenjata di alam terbuka Indonesia, karakter Kapten Westerling yang kejam itu memberikan energi yang sama dengan villain psikopat Far Cry 3 bernama Vaas Montenegro.
Melepaskan Johan yang dianggap desersi untuk berlari ke tengah hutan kemudian memerintahkan pasukannya untuk memburu dan membunuhnya juga seperti yang dikerjakan Vaas terhadap tokoh utama di game Far Cry 3, sehingga sang protagonis di film De Oost ini patut bertahan hidup sambil melumpuhkan satu persatu pasukan pengejarnya secara bersembunyi-bersembunyi.