Defisit transaksi berjalan Indonesia diprediksi akan meningkat pada tahun 2025, seiring dengan berbagai tantangan global dan domestik microgaming yang memengaruhi neraca ekonomi negara. Beberapa lembaga dan ekonom terkemuka memberikan proyeksi yang menunjukkan pelebaran defisit ini, yang menjadi perhatian penting bagi kebijakan ekonomi nasional.
Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan 2025
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan melebar menjadi sekitar 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025, dan diperkirakan meningkat lagi menjadi 1,6 persen pada 202616. Proyeksi ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan defisit yang tercatat pada tahun 2024 sebesar 0,6 persen dari PDB atau sekitar 8,85 miliar dolar AS1.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2025 akan berada dalam rentang 0,5 persen hingga 1,3 persen dari PDB357. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan defisit akan mencapai sekitar 1,18 persen dari PDB pada 2025, yang didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan sehingga meningkatkan impor238.
Faktor Penyebab Pelebaran Defisit
Pelebaran defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama:
- Perang dagang global dan ketegangan perdagangan: Ketegangan perdagangan, terutama antara Amerika Serikat dan mitra dagang lainnya, berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan perdagangan global yang berdampak pada ekspor Indonesia. IMF menyebutkan bahwa perang tarif ini mengurangi produktivitas dan output global serta meningkatkan tekanan harga, sehingga memperburuk neraca perdagangan Indonesia16.
- Permintaan domestik yang kuat: Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik menyebabkan peningkatan impor barang dan jasa, yang menambah tekanan pada neraca transaksi berjalan238.
- Kinerja ekspor yang melemah: Ekspor Indonesia menghadapi tantangan dari kondisi global yang tidak pasti dan risiko perlambatan ekonomi dunia, sehingga surplus perdagangan barang menyusut78.
- Defisit neraca jasa yang besar: Neraca jasa Indonesia yang mengalami defisit cukup besar juga menjadi faktor yang memperlebar defisit transaksi berjalan1.
Dampak dan Implikasi Kebijakan
Pelebaran defisit transaksi berjalan ini memiliki beberapa implikasi penting bagi kebijakan moneter dan ekonomi Indonesia:
- Keterbatasan pelonggaran moneter: Pelebaran defisit dapat membatasi ruang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan karena ketidakpastian global yang tinggi mengurangi aliran modal masuk. Hal ini menuntut kebijakan moneter yang hati-hati untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi impor23.
- Stabilitas neraca pembayaran: Meskipun defisit transaksi berjalan melebar, neraca pembayaran Indonesia diperkirakan tetap sehat karena didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial, termasuk investasi langsung dan investasi lainnya458.
- Negosiasi perdagangan internasional: Defisit neraca jasa yang besar bisa menjadi alat tawar dalam negosiasi dengan Amerika Serikat untuk mengurangi ketegangan perdagangan dan menjaga neraca transaksi berjalan tetap terkendali1.
Kesimpulan
Defisit transaksi berjalan Indonesia pada 2025 diperkirakan akan melebar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan estimasi mencapai sekitar 1,18 hingga 1,5 persen dari PDB. Faktor utama yang mendorong pelebaran ini adalah ketegangan perdagangan global, permintaan domestik yang kuat, dan kinerja ekspor yang menurun. Meskipun begitu, neraca pembayaran Indonesia diperkirakan tetap dalam kondisi sehat berkat surplus di transaksi modal dan finansial. Tantangan ini menuntut kebijakan moneter yang cermat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi,.